Kultum / Pidato Singkat / Ceramah - Kemenangan Orang-Orang Yang Sabar
Kemenangan Orang-Orang Yang Sabar
Sabar yang terpuji ialah kesabaran jiwa secara sukarela dari ajakan hawa nafsu yang tercela; maka tingkatan dan nama-nama sabar itu sesuai variabelnya, yakni:
• Bersabar dari kemauan seksual yang terlarang, bernama iffah, berlawanan kata (antonim): bejat, perzinaan, mesum.
• Bersabar dari keinginan perut, dari bercepat-cepat terhadap makanan, atau dari mengkonsumsi sesuatu yang tidak baik, disebut kemuliaan dan kepuasan jiwa (syaraf nafs, syabu' nafs),dengan lawan kata: rakus, hina dan kerendahan jiwa.
• Bersabar tidak mengeluarkan kata dan ucapan tidak baik, dinamakan menyembunyikan rahasia (kitman sirr) dengan lawan kata: menyebarluaskan, menebarkan, bersalah-sangka, menuduh, ucapan jorok, umpatan dan dusta.
• Bersabar menyikapi kelebihan penghidupan, dinamakan zuhud, berlawan kata: rakus (hirsh).
• Bersabar terhadap seukur kecukupan duniawi, disebut qana'ah (menerima yang cukup), berlawanan kata: rakus juga.
• Bersabar tidak memenuhi ajakan kemarahan, dinamakan hilm (tidak membalas kejahatan padahal mampu membalas).
• Bersabar tidak memenuhi dorongan tergesa-gesa, dinamakan tegar dan tenang (waqar, tsabat), berlawan kata: gegabah dan krisis pikir.
• Bersabar tidak memenuhi ajakan melarikan diri, disebut berani (syaja'ah), dengan lawan kata: pengecut dan penakut.
• Bersabar tidak memenuhi dorongan balas-dendam, dinamakan pemaaf dan tidak mempermasalahkan ('afwu, shafhu), berlawanan kata: balas-dendam dan menghukum.
• Bersabar tidak memenuhi ajakan kikir, disebut bermurah-hati atau dermawan, kebalikannya: bakhil.
• Bersabar tidak memenuhi dorongan makan-minum di waktu
terbatas, dinamakan berpuasa (shaum).
• Bersabar tidak memenuhi dorongan kelemahan jiwa, dinamakan kuat-cerdas (kayis).
• Bersabar tidak memenuhi dorongan menimpakan beban kepada orang lain atau (tidak memenuhi dorongan) menolak menanggung beban orang lain, dinamakan harga diri (muru’ah).
Walhasil, sabar yang merupakan bentuk perbuatan dan meninggalkan (tidak berbuat) adalah mempunyai nama-nama sendiri, di mana nama yang menyatukan itu semua adalah kata sabar. Demikian merupakan penyatuan semua peringkat-peringkat agama dengan sabar, dari awal hingga akhir. Sebagaimana sabar beralih nama adil ketika terjadi menyetarakan hal-hal yang sepadan dan berlawan kata lalim (zhulm); pula sabar itu disebut toleransi (samahali) ketika berupa pengorbanan — kewajiban atau kesunnahan— dengan rela hati dan sukarela. Berpangkal inilah semua nilai-nilai agama.
Sabar yang terpuji ialah kesabaran jiwa secara sukarela dari ajakan hawa nafsu yang tercela; maka tingkatan dan nama-nama sabar itu sesuai variabelnya, yakni:
• Bersabar dari kemauan seksual yang terlarang, bernama iffah, berlawanan kata (antonim): bejat, perzinaan, mesum.
• Bersabar dari keinginan perut, dari bercepat-cepat terhadap makanan, atau dari mengkonsumsi sesuatu yang tidak baik, disebut kemuliaan dan kepuasan jiwa (syaraf nafs, syabu' nafs),dengan lawan kata: rakus, hina dan kerendahan jiwa.
• Bersabar tidak mengeluarkan kata dan ucapan tidak baik, dinamakan menyembunyikan rahasia (kitman sirr) dengan lawan kata: menyebarluaskan, menebarkan, bersalah-sangka, menuduh, ucapan jorok, umpatan dan dusta.
• Bersabar menyikapi kelebihan penghidupan, dinamakan zuhud, berlawan kata: rakus (hirsh).
• Bersabar terhadap seukur kecukupan duniawi, disebut qana'ah (menerima yang cukup), berlawanan kata: rakus juga.
• Bersabar tidak memenuhi ajakan kemarahan, dinamakan hilm (tidak membalas kejahatan padahal mampu membalas).
• Bersabar tidak memenuhi dorongan tergesa-gesa, dinamakan tegar dan tenang (waqar, tsabat), berlawan kata: gegabah dan krisis pikir.
• Bersabar tidak memenuhi ajakan melarikan diri, disebut berani (syaja'ah), dengan lawan kata: pengecut dan penakut.
• Bersabar tidak memenuhi dorongan balas-dendam, dinamakan pemaaf dan tidak mempermasalahkan ('afwu, shafhu), berlawanan kata: balas-dendam dan menghukum.
• Bersabar tidak memenuhi ajakan kikir, disebut bermurah-hati atau dermawan, kebalikannya: bakhil.
• Bersabar tidak memenuhi dorongan makan-minum di waktu
terbatas, dinamakan berpuasa (shaum).
• Bersabar tidak memenuhi dorongan kelemahan jiwa, dinamakan kuat-cerdas (kayis).
• Bersabar tidak memenuhi dorongan menimpakan beban kepada orang lain atau (tidak memenuhi dorongan) menolak menanggung beban orang lain, dinamakan harga diri (muru’ah).
Walhasil, sabar yang merupakan bentuk perbuatan dan meninggalkan (tidak berbuat) adalah mempunyai nama-nama sendiri, di mana nama yang menyatukan itu semua adalah kata sabar. Demikian merupakan penyatuan semua peringkat-peringkat agama dengan sabar, dari awal hingga akhir. Sebagaimana sabar beralih nama adil ketika terjadi menyetarakan hal-hal yang sepadan dan berlawan kata lalim (zhulm); pula sabar itu disebut toleransi (samahali) ketika berupa pengorbanan — kewajiban atau kesunnahan— dengan rela hati dan sukarela. Berpangkal inilah semua nilai-nilai agama.
Post a Comment for "Kultum / Pidato Singkat / Ceramah - Kemenangan Orang-Orang Yang Sabar"